My Second Pregnancy (Bag.1)

Hola!

Banyak orang yang kaget kenapa perut saya buncit lagi, hehehe..

Tiga bulan setelah melahirkan anak pertama saya, Chaka (silakan lihat di postingan saya sebelumnya), saya kembali B.U.N.T.I.N.G! Yes, orang-orang bilang ini hasil jalan-jalan saya sama suami sebulan lebih di Eropa di bulan Mei-Juni lalu (next time saya post soal liburan ini ya, hehehehe).

Padahal secara medis, saya hamil dari sebelum saya terbang, tapi mungkin bibitnya baru matang di Eropa (lumayan, hawanya lebih bagus dan saya stress free di sana). Uhukkk..

Begini, intinyaaaa kali ini saya mau sharing soal perbedaan persiapan di kehamilan pertama dan kedua saya. Ini mungkin banget berguna buat kamu juga yang sedang hamil. 🙂

Karena saya benar-benar TRAUMA sama yang namanya melahirkan normal dulu dan saat itu mental dan badan saya tidak siap, jadi otot-otot saya pun dulu menegang. Proses lahirannya pun lama sekali (sampai 15 jam setelah diinduksi).

Nahh, di kehamilan kali ini yang sudah berusia 15 minggu, perbedaannya adalah…

  1. OLAHRAGA
    Saya nggak mau lagi deh ngerasain yang namanya super menderita karena nggak bisa berdamai dengan kontraksi. Sekarang saya combine berenang dan prenatal yoga seminggu tiga kali sejak bulan pertama kehamilan. Olahraganya cukup 30 menit saja, karena lebih dari itu, badan sangat lelah karena energi ibu hamil terkuras lebih banyak.Ini beberapa link prenatal yoga di Youtube yang suka saya ikuti :
    https://www.youtube.com/watch?v=btVp5F7HOfo
    https://www.youtube.com/watch?v=pH6IrhTjdR0
    https://www.youtube.com/watch?v=L2owoQWaD5g
    https://www.youtube.com/watch?v=q5nyrD4eM64&list=PLpVwu7XseypsIQ8dXnDo4poXYsOoD97zP

    Ingat ya, sesuaikan jenis yoga sama usia kandungan, dan kalau ragu bagaimana bergerak dengan benar, konsultasikan dulu dengan instruktur yoga.

  2. HYPNOBIRTHING
    Nggak tahu teknik hypnobirthing ini memberi efek atau nggak, tapi banyak orang yang mempraktekkan ini merasa kontraksinya lebih ringan. Malah, saya pernah mengobrol sama sesama pasien yang dua kali melahirkan, eh malah nanya ke saya gimana rasanya kontraksi. Trus dalam hati saya saya bilang “lha kan situ yang lebih sering ngelahirin, kok nanyanya ke sini?”Trus dia menjelaskan kalau dia sering mendengarkan hypnobirthing lewat CD. Dia juga nggak tahu apakah itu efek dari hypnobirthing. Jadi ya, selama itu positif saya coba saja dengan membeli buku “Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Hypnobirthing” oleh Lanny Kuswandi.
  3. VERY HEALTHY LIFESTYLE
    Itu pesan dari dokter Stella Shirley di RS Mitra Keluarga yang menangani saya sejak kehamilan pertama. Kali ini, dia bilang saya harus lebih sehat lagi pola makannya. Minum banyak jus, makan dengan porsi lebih banyak, nggak boleh jajanan pinggir jalan, Indomie, dll, yang menyesatkan (tapi enak huhuhu).Jadilah suami saya baweeeeel sekali menjaga pola makan saya. Dulu Indomie sesuap masih bisa makan sekali-kali. Sekarang jangan harap bisa. Saya sampai mohon-mohon minta kunyah Indomie goreng sedikit aja lalu saya lepeh, itu pun nggak dikasih, hiks..

    Bedanya lagi, di kehamilan pertama saya dulu, saya sempat stress dan banyak sekali pekerjaan di trimester pertama. Padahal, itu masa krusial di mana janin bertumbuh organ-organnya, jadi perasaan dan fisik ibu harus benar-benar dijaga.

    Nah, dulu waktu saya sibuk dan nggak punya waktu makan dengan benar, saya suka goreng ma-ling kalengan. Saya pikir nggak apa-apa toh jarang makan beginian.. 
    Beberapa kali saya makan, saya mikirnya begitu terus.. Lama-lama nggak sadar jadi sering cuek sama pola makan.

  4. STRESS MANAGEMENT
    Nah, faktor keempat ini yang juga nggak kalah penting. Dulu di kehamilan pertama, saya sering sekali menghadapi rasa stress. Stress di pekerjaan, stress di rumah, stress ngurus pembantu, stress ditinggal mama ke Jerman, dan masih banyak lagi. Rasa stress dilawan dengan bekerja terus, menahan lapar sampai muntah-muntah, banyak pikiran juga, pokoknya nggak mikirin diri sendiri deh.Nah, sekarang saya sudah sangat aware dengan itu semua. Sudah belajar dari pengalaman dan berkat mengobrol plus konsultasi sama orang-orang. Jadi stressnya sekarang saya manage. Salah satu contohnya, kalau memang lingkungan sekitar saya bikin stress, ya hindari saja. Kalau ada orang yang negatif auranya, selalu mengeluh sampai saya menyerap semua negatifnya dan jadi ikutan kesal.. Ya saya jauhi. Ini demi baby kita kok, kita yang tahu batas kesabaran dan kondisi psikis kita. Lagi pula, menghindari lingkungan negatif untuk sementara, bukan berarti kabur dari kenyataan kan? 😉

    Sekian dulu ya sharing kali ini, sebenarnya masih banyaaak yang bisa dibagi. Next time ya! Semoga berguna bagi siapa pun yang membaca, terima kasih! 🙂

xoxo,

f

 

 

Leave a comment